Catatan Kecil

Catatan pengalaman pribadi. Ditulis sebagai sebuah hiburan dan sebagai sebuah kenangan.

Cerita Pendek

Cerita pendek yang ditulis sebagai pengungkapan perasaan, pikiran, dan pandangan.

Puisi

Ekspresi diri saat bahagia, suka, riang, ataupun saat sedih, duka, galau, nestapa.

Faksimili

Kisah fiksi dan/atau fakta singkat yang bisa menjadi sebuah hiburan atau renungan.

Jelajah

Catatan perjalanan, menjelajah gunung, bukit, sungai, pantai, telaga.

Wednesday, January 31, 2024

Teks Pidato "Menggagas Penghematan Air Bersih di Sekolah"


Salam Sejahtera untuk seluruh teman-teman yang saya cintai, serta kepada guru dan staff yang hadir dalam kesempatan yang berbahagia ini. Pertama-tama, izinkan saya menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiran kita di sini.

Hari ini, saya ingin berbicara mengenai suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kita, yakni penghematan air bersih baik di rumah maupun di sekolah.

Sebagian besar dari kita mungkin sering kali menganggap sepele soal penggunaan air bersih. Namun, apakah kita menyadari bahwa air bersih merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat diperbarui dengan mudah? Dilansir dari kompas.id, United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebut, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang layak di dunia semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan data statistik global, sekitar 1 miliar lebih penduduk dunia belum mampu mengakses air bersih dan sanitasi yang layak hingga saat ini.

Mari kita lihat pada aspek penggunaan air di rumah. Hasil survei yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta karya, Departemen PU tahun 2006 menunjukkan bahwa pemakaian air rata-rata rumah tangga di perkotaan di Indonesia sebesar setiap orang 144 liter perharinya. Pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi sebesar 60 liter perhari perorang atau 45 persen dari total pemakaian air. Ini adalah angka yang cukup mengkhawatirkan, mengingat masih banyak daerah yang kekurangan pasokan air bersih. Kita sebagai siswa SMP punya peran penting dalam penghematan ini. Misalnya, kita bisa menggunakan air secukupnya ketika mandi atau menutup keran ketika sedang menyikat gigi.

Berikutnya, bagaimana penggunaan air bersih di sekolah? Berdasarkan penelitian A. Hadian Pratama Hamzah dari Universitas Terbuka tentang penggunaan air bersih di salah satu sekolah SMP, volume konsumsi air terbesar digunakan untuk kegiatan wudu, buang air kecil, dan cuci tangan. Kita bisa berkontribusi dengan cara memastikan bahwa proses-proses ini dilakukan dengan efisien, dan mendidik teman-teman kita untuk tidak menyia-nyiakan air dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Mari kita melihat dampak positif dari penghematan air. Selain membantu menjaga ketersediaan air bersih untuk masa depan, penghematan air juga dapat mengurangi tagihan air di rumah dan di sekolah. Ini adalah langkah yang sangat praktis dan dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak. Selain itu, kita bisa menjadi pelopor perubahan di lingkungan kita dan menginspirasi orang lain untuk ikut serta dalam upaya penghematan air.

Sebagai penutup, mari kita semua berkomitmen untuk menjadi agen perubahan dalam penghematan air bersih. Dengan tindakan sederhana seperti memperbaiki keran yang bocor, menggunakan air secara bijak, dan menyebarkan kesadaran kepada teman-teman kita, kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendengarkan pidato saya hari ini. Semoga kita dapat bersama-sama menjaga air bersih untuk masa depan yang lebih baik. Sampai jumpa, dan salam sejahtera untuk kita semua.





Sunday, August 27, 2023

23 Pelajaran Tentang Kebahagiaan



Hasil Pencarian Makna Kebahagiaan oleh Hector

Pelajaran 1:
"Membuat perbandingan bisa merusak kebahagiaan."

Pelajaran 2:
"Kebahagiaan sering kali datang di saat-saat yang paling tidak terduga."

Pelajaran 3:
"Banyak orang yang melihat kebahagiaan hanya berada di masa depan."

Pelajaran 4:
"Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan itu berasal dari kemampuan mendapatkan kekuasaan lebih besar atau uang lebih banyak."

Pelajaran 5:
"Terkadang kebahagiaan itu adalah tidak mengetahui seluruh kenyataan yang ada."

Pelajaran 6:
"Kebahagiaan adalah sebuah perjalanan jauh di pegunungan yang indah dan asing."

Pelajaran 7:
"Memikirkan kebahagiaan sebagai sebuah tujuan merupakan kekeliruan."

Pelajaran 8:
"Kebahagiaan adalah kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai."

Pelajaran 8b:
"Ketidakbahagiaan adalah terpisahkan dari orang-orang dicintai."

Pelajaran 9:
"Kebahagiaan adalah mengetahui keluarga kita tidak kekurangan apapun."

Pelajaran 10:
"Kebahagiaan adalah melakukan pekerjaan yang kita senangi."

Pelajaran 11:
"Kebahagiaan adalah memiliki rumah dan kebun sendiri."

Pelajaran 12:
"Lebih sulit untuk merasa bahagia di sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang jahat."

Pelajaran 13:
"Kebahagiaan adalah merasa berguna bagi orang lain."

Pelajaran 14:
"Kebahagiaan adalah dicintai karena diri kita apa adanya."

Pelajaran 15:
"Kebahagiaan hadir ketika kita merasa benar-benar hidup."

Pelajaran 16:
"Kebahagiaan adalah mengetahui cara merayakan sesuatu."

Pelajaran 17:
"Kebahagiaan adalah peduli terhadap kebahagiaan orang-orang yang kita cintai."

Pelajaran 19:
"Matahari dan laut membuat semua orang bahagia."

Pelajaran 20:
"Kebahagiaan adalah cara pandang terhadap sesuatu."

Pelajaran 21:
"Persaingan meracuni kebahagiaan."

Pelajaran 22:
"Wanita lebih peduli untuk membuat orang lain bahagia dibandingkan pria."

Pelajaran 23:
"Kebahagiaan berarti memastikan bahwa orang-orang yang berada di sekeliling kita bahagia."

*
Pelajaran 18 yang dicoret oleh Hector:
"Kebahagiaan bisa berarti kebebasan untuk mencintai lebih dari satu wanita pada saat bersamaan."


Indonesia dalam Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared



Novel The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared adalah karya Jonas Jonasson, seorang penulis Swedia. Novel ini menceritakan petualangan Allan Karlson di beberapa negara untuk kepentingan mengajarkan cara membuat bom, dimasukkan dalam kamp konsentrasi, atau sekadar untuk berlibur.

Indonesia menjadi salah satu negara yang disinggahi Allan. Inilah beberapa cerita Allan terkait dengan Indonesia. Oya, tidak hanya Indonesia yang diceritakan dengan gaya semacam ini, negara-negara lainnya juga terkena keisengan si penulis.
Amanda awalnya seorang pelayan yang sering salah membawakan minuman pesanan Allan dan temannya. Amanda juga tak bisa hitung menghitung. Karena menikah dengan Herbert --teman Allan-- yang punya banyak uang, Amanda ingin memiliki gelar sarjana. Ia pun akhirnya "kuliah".

"Amanda juga sibuk. Pertama dia sekolah, dan sekarang dia sarjana ekonomi. Perlu waktu beberapa minggu dan biayanya mahal sekali, tetapi akhirnya dia mengantongi ijazahnya. Nilai-nilainya juga sangat bagus, dari salah satu universitas terkemuka di Jawa." (halaman 362)
Dapat ijazah S1 cuma butuh beberapa minggu. Tentu biayanya mahal. Di Indonesia semua jadi mudah dan cepat dengan uang?

Setelah mendapat gelar sarjana ekonomi, Amanda berniat ikut pemilihan gurbernur Bali. Dengan modal uang yang banyak, ia pun berhasil memenangkan pemilu.

"Pemilihan gurbernur itu keberhasilan untuk Amanda. Dia memenangi lebih dari delapan puluh persen suara, dan lawannya mendapat 22 persen. Sang lawan berpikir, jumlah suara yang lebih dari seratus persen mengindikasikan pemilihan tidak berjalan dengan adil, tetapi pengadilan segera menolak keberatannya dan mengancamnya dengan konsekuensi serius jika dia terus mencemarkan nama baik gurbernur terpilih, Ny. Einstein (Amanda--edt). Sebelum pengumuman sidang, kebetulan Amanda bertemu kepala sidang untuk minum teh." (hlaman 364-365)

Minum teh itu memang perlu untuk menjalin komunikasi dan melancarkan urusan. Khususnya terkait masalah hukum di Indonesia.

Ketika menceritakan salah satu pemimpin negeri ini, saya tertawa membacanya...
"Ketika asap telah hilang, tidak seorang pun dari 200 juta penduduk Indonesia yang masih menganut ide-ide komunis (supaya aman, komunis dinyatakan sebagai kejahatan). Misi berhasil diselesaikan oleh ***, yang sekarang mengundang AS dan dunia Barat untuk turut menikmati kekayaan negeri itu. Ini membuat roda ekonomi berputar, orang hidup lebih baik, dan terutama *** sendiri menjadi sangat kaya raya. Lumayan juga untuk serdadu yang mengawali karier militernya dengan menyelundupkan gula." (halaman 368)
Bisa menebak siapakah tokoh ***? Sengaja saya sensor...

Yang berikut ini lebih lucu lagi --atau tepatnya miris. Allan dan teman-temannya perlu izin mendarat di Indonesia --sedangkan penerbangannya tidak terdaftar. Terjadilah dialog antara Alan dengan petugas pengatur lalu lintas udara.
"Jangan khawatir," kata Allan dan mengambil alih. "Halo? Apa ini bandara Bali?" tanyanya dalam bahasa Inggris, dan menerima jawaban, mereka harus segera menyebutkan identitas mereka kecuali mereka ingin berhadapan dengan Angkatan Udara Indonesia."

"Nama saya Dolar," kata Allan. "Seratus ribu dolar."
Petugas pengatur lalu lintas udara itu terdiam. Si kapten Indonesia dan kopilotnya menatap Allan dengan kagum.

"Saat ini petugas dan teman-teman terdekatnya sedang menghitung berapa orang yang akan mendapat bagian," Allan menjelaskan.
"Saya tahu," kata si kapten.

Beberapa detik berlalu, sebelum pemandu penerbangan mengontak mereka lagi.
"Halo, Anda masih di sana, Tuan Dolar?"
"Ya," kata Allan.

"Maaf, siapa nama depan Anda, Tuan Dollar?"
"Seratus ribu," kata Allan. "Saya Tuan Seratus Ribu Dolar, dan saya minta izin untuk mendarat di bandara Anda."

"Maaf, Tuan Dolar, suaranya jelek sekali. Maukah Anda menyebutkan nama depan Anda lagi?"
Allan menjelaskan kepada si kapten bahwa petugas sekarang mulai tawar-menawar.
"Saya tahu," kata si kapten.

"Nama depan saya Dua Ratus Ribu," kata Allan. "Apa kami boleh mendarat?"
"Sebentar, Tuan Dolar," kata pemandu penerbangan dan berdiskusi dengan rekan-rekannya. Kemudian, dia berkata, "Selamat datang di Bali, Tuan Dolar. Senang Anda berkunjung kemari."

Allan mengucapkan terima kasih kepada pemandu penerbangan.
"Ini pasti bukan kunjungan pertama Anda," kata si kapten dan tersenyum.
"Indonesia adalah negara di mana segalanya mungkin," kata Allan.

Yang terakhir, ketika Allan didatangi oleh perwakilan pemeritah Indonesia....
Allan mempersilakan perwakilan pemerintah Indonesia itu duduk. Lalu, dia menjelaskan, dia telah memberikan cara membuat bom itu kepada Stalin dan itu merupakan kekeliruan karena ternyata Stalin orang gila. Jadi, pertama-tama, Allan ingin tahu keadaan mental Presiden Indonesia. Perwakilan pemerintah menjawab, Presiden *** adalah orang yang sangat bijaksana dan bertanggung jawab.
"Saya senang mendengarnya," kata Allan. "Kalau begitu, dengan senang hati saya bersedia membantu."
(halaman 503)

.........................................................
Itulah beberapa cerita tentang Indonesia dalam novel-yang-berjudul-panjang dengan sampul berwarna hijau itu. Novel ini memang absurd dan konyol.
Novel yang bersampul warna orange adalah novel kedua Jonas Jonasson. Ceritanya nggak kalah absurd: orang Afrika berkulit hitam yang harus menyembunyikan diri --dan bom atom-- karena dikejar agen Mossad.


Buku yang Bertualang



Aku punya sebuah gagasan: Buku yang berpetualang.

Sebuah buku memiliki perjalanannya masing-masing. Setelah keluar dari dapur cetak, ia akan mengikuti jalan takdirnya: diangkut distributor, dipajang di toko buku, ditimang-timang para calon pembeli, dibawa ke kasir, dibuka dan dibaca, diletakkan di rak. Atau buku itu berpindah tangan. Tidak hanya ke satu orang, tapi ke beberapa orang secara bergantian. Dibaca banyak orang. Atau buku itu sama sekali tak laku. Dikembalikan ke penerbit untuk kemudian menemui ajalnya di mesin pencacah kertas.

Buku yang berpetualang. Ialah buku yang akan berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain, sepanjang waktu sampai ia menjumpai akhir takdirnya.

Buku itu akan mengalami perjalanan yang panjang dan petualangan yang hebat. Hingga akhirnya buku itu akan melakukan perjalanan terakhirnya. Ia pun akan musnah, terbakar, terkubur, atau apapun yang akan terjadi padanya. Tapi, ia merasa puas karena telah melalui banyak hal. Ia telah menyongsong takdirnya untuk menjelajah semesta.

Dengan ini, aku ingin memperjalankan buku-buku. Aku ingin buku-buku itu berpetualanag. Dibaca banyak orang dari berbagai tempat dan waktu.

Teknisnya begini: aku akan membaca sebuah buku. Setelah selesai, akan kutuliskan nama, asal, tanggal selesai baca, dan kesan terhadap buku itu pada halaman terakhir buku. Setelah itu aku akan memberikan buku itu kepada orang lain. Orang tersebut akan membaca dan menuliskan seperti yang kutulis di halaman terakhir. Setelah selesai, orang tersebut akan memberikan buku kepada orang lain. Dan seterusnya.... dan seterusnya....

Dan kita akan lihat sejauh mana buku itu akan berpetualang.
Apakah gagasan ini cukup menarik?





Begini Seharusnya Menjadi Guru



Buku yang aslinya berjudul Al-Muallim Al-Awwal ini ditulis oleh Fu'ad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, seorang pengajar di Riyadh. Buku ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Darul Haq dan menempati rak best seller karena hampir setiap tahun cetak ulang.

Buku yang tidak terlalu tebal ini --188 halaman-- memuat tiga pokok bahasan. Bab I membahas karakter-karakter yang harus dimiliki oleh seorang pengajar. Di antaranya, ikhlas, jujur, adil, berakhlak mulia, tawadlu, dan sabar.

Bab II memuat pembahasan tugas dan kewajiban seorang pengajar. Di antaranya menanamkan iman, memberikan nasehat, lemah lembut dalam mendidik, serta memberikan penghargaan dan sanksi.

Bab III mengambil porsi paling banyak dalam buku ini. Setengah dari buku ini merupakan pembahasan bab III, yaitu sistem dan metode mengajar yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.

Terdapat dua puluh pasal dalam bab III. Setiap pasal dibahas secara to the point, tidak bertele-tele. Penulis menjelaskan sistem dan metode yang dimaksud, kemudian memberikan contoh sikap dan perilaku dari Rasulullah Saw, dan diakhiri dengan kesimpulan. Sistematika pembahasan seperti ini memudahkan pembaca dalam memahaminya.

Pada bab III ini saya terkadang tersentak mendapati ilmu dan pemahaman baru dari sebuah hadits yang sebelumnya pernah atau sering saya baca/dengar. Misalnya hadits yang berbunyi, "Perumpamaan mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah utrujjah, rasanya enak serta baunya wangi, ...." (dst. hingga akhir hadist).

Dalam hadits tersebut penulis memetik metode pembelajaran dengan membuat permisalan/perumpamaan. Keutamaan mukmin yang membaca Al-Quran adalah sesuatu yang abstrak, yang tidak bisa dibayangkan pikiran. Perumpamaannya berupa buah uttrujjah sebagai buah yang enak adalah sesuatu yang konkret dan bisa diketahu dengan indera.

Dengan pendekatan ini, pemahaman sebuah konsep ternyata bisa lebih mudah dipahami.
Di dalam pembelajaran di kelas, tentu ada konsep dan istilah yang susah dipahami oleh siswa. Jika guru bisa memberikan perumpamaan yang tepat --yang konkret dan kontektual-- tentu kesulitan siswa tersebut bisa teratasi.

Demikian salah satu pembahasan metode pembelajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Masih banyak pembahasan metode lainnya dalam buku ini.


Kisah Sebatang Pensil



Pelajaran hidup bisa diambil dari siapa saja, apa saja, dan di mana saja. Ahli hikmah senantiasa memperhatikan sekitar, mengamati dan memahami, merenungi dan mengambil hikmah, baik dari manusia, binatang, alam, atau benda-benda "remeh" di sekitar.
Pelajaran dari sebatang pensil ini disampaikan oleh Paulo Coelho dalam bukunya, Ser Comu O Rio Que Flui, yang diterjemahkan menjadi Seperti Sungai yang Mengalir. Berikut ini kisahnya.

Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat, lalu bertanya, “Apakah Nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita? Apakah cerita ini tentang aku?”

Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya, “Nenek memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata-kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah-mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti.”

Si anak lelaki merasa heran, diamatinya pensil itu, kelihatannya biasa saja.
“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil – pensil lain yang pernah kulihat!”

“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.

"Pertama, kau sanggup melakukan hal-hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.

"Kedua, sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.

"Ketiga, pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan-kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan.

"Keempat, yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.

"Dan yang kelima, pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu."



Ciri-ciri Pengarang Menurut Paulo Coelho Muda



"Aku kepingin menjadi pengarang," kata Paulo Coelho kepada ibunya saat ia berusia lima belas tahun.

"Pernahkah kau melihat seorang pengarang?" tanya ibunya yang menginginkan anaknya itu menjadi seorang insinyur.
"Belum."

"Bagaimana mungkin kau kepingin jadi pengarang kalau kau tidak tahu persis apa artinya."
Paulo Coelho pun melakukan penelitian kecil-kecilan tentang arti menjadi pengarang, saat itu awal tahun 1960-an. Berikut ini hasil penelitian kecilnya, sebagaimana diceritakannya dalam buku Seperti Sungai yang Mengalir (Gramedia Pustaka Utama, 2108).

(1) Seorang pengarang selalu memakai kacamata dan tidak pernah menyisir rambutnya. Dia sering merasa marah tentang segala sesuatu, dan selebihnya dia merasa tertekan.

(2) Seorang pengarang mempunyai tugas dan kewajiban untuk tidak bisa dipahami oleh generasinya sendiri; dia yakin dirinya dilahirkan pada masa-masa yang tidak bermutu; dia percaya bahwa kalau dirinya gampang dimengerti, maka hilang sudah kesempatannya untuk dianggap sebagai seorang jenius.

(3) Hanya sesama pengarang yang bisa memahami apa yang hendak disampaikan seorang pengarang. Sang pengarang dan rekan-rekannya saling bersaing untuk menjadi penulis "buku yang paling rumit".

(4) Pengarang memahami istilah-istilah yang membingungkan, misalnya semiotika, epistemologi, neokonkretisme. Kalau ingin membuat kaget seseorang, dia akan berkata, misalnya, "Enstein itu orang bodoh," atau "Tolstoy adalah badutnya kalangan borjuis."

(5) Kalau hendak merayu wanita, si pengarang akan berkata, "Aku seorang pengarang," lalu menuliskan sebait puisi di serbet kertas.

(6) Seorang pengarang selalu bisa mendapat pekerjaan sebagai kritikus sastra. Dia bisa menunjukkan kemurahannya dengan menulis tentang buku-buku karangan teman-temannya. Setengah dari ulasan-ulasan semacam itu terdiri atas kutipan-kutipan dari penulis asing, dan setengahnya lagi berisi analisis tentang kalimat, selalu menggunakan istilah-istilah seperti "gaya epistemologi" atau "visi kehidupan dua dimensi yang terintegrasi."

(7) Ketika ditanya apa yang sedang dibacanya saat ini, seorang pengarang selalu menyebutkan buku yang belum pernah didengar orang lain.

(8) Hanya satu buku yang membangkitkan kekaguman para pengarang: Ulysses karya James Joyce. Tidak satu pengarang pun mencela satu buku ini. Tapi kalau ada yang bertanya kepadanya isi buku itu, dia tidak bisa memberikan penjelasan yang baik sehingga orang menjadi ragu apakah ia benar-benar sudah membacanya.


*ilustrasi gambar: kompasiana[dot]com